Hadis tentang Kewajiban Suami Berbuat Baik pada Istri
Suami berkewajiban untuk berbuat baik pada istri.
Tidak hanya memberi nafkah, tetapi juga memberikan kesenangan kepada istri.
Hal ini juga termasuk larangan untuk berbuat kasar terhadap istri secara fisik, atau meninggalkannya begitu saja di rumah tanpa memberi nafkah.
Seorang laki-laki yang baik adalah mereka yang baik akhlaknya terhadap istri, sebagaimana dalam hadis suami menyakiti istri berikut ini, dari Abdullah bin ‘Amr:
“Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka;
dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istri-istrinya.” (HR. At Tirmidzi dan Ibnu Majjah).
Suami yang sangat berbakti kepada orang tuanya, akan tetapi tidak memuliakan istrinya. Akankah suami seperti itu bisa masuk surga?Simak jawabannya Buya YahyaKlik Link: https://www.youtube.com/watch?v=hxbGEswiOIM
Mari Bergabung di Sosial Media Resmi Buya Yahya :Facebook: https://www.facebook.com/buyayahyaofficialSpotify: Instagram : https://www.instagram.com/buyayahya_albahjah/Twitter : https://twitter.com/Buya_AlbahjahTelegram : https://t.me/buyayahyaofficialYoutube Buya Yahya: https://www.youtube.com/user/majelisalbahjahSebar seluas-luasnya.
Terima kasih atas pertanyaan Anda.
Artikel di bawah ini adalah pemutakhiran kedua dari artikel dengan judul Langkah Hukum Jika Mantan Suami Menolak Menafkahi Mantan Istri yang dibuat oleh Dr. Flora Dianti, S.H., M.H., yang pertama kali dipublikasikan pada Senin, 3 Oktober 2011, dan dimutakhirkan pertama kali pada 19 Mei 2023.
Seluruh informasi hukum yang ada di Klinik hukumonline.com disiapkan semata – mata untuk tujuan pendidikan dan bersifat umum (lihat Pernyataan Penyangkalanselengkapnya). Untuk mendapatkan nasihat hukum spesifik terhadap kasus Anda, konsultasikan langsung dengan Konsultan Mitra Justika.
Apakah Suami Istri yang Bercerai akan Bertemu di Surga?
Hubungan orang-orang beriman antara kakek-nenek, ayah-ibu, anak-cucu, suami-istri tidak terjalin selama di dunia saja. Namun, bagaimana dengan suami-istri yang telah terpisah di dunia karena bercerai? Apakah kelak mereka juga akan dipertemukan?
Perkara ini dijelaskan Ibnu Katsir dalam kitabnya, An-Nihayah fi al-Fitan wa al-Malahim. Dalam kitab tersebut dijelaskan bahwa apabila seorang wanita memiliki banyak suami karena berkali-kali menikah, kelak yang akan menjadi jodohnya di surga adalah suami dengan akhlak terbaik kepada dirinya.
Hal ini bersandar pada percakapan Ummu Salamah dengan Rasulullah SAW. Suatu ketika, Ummu Salamah bertanya kepada beliau,
"Wahai Rasulullah, di antara perempuan kita ada yang menikah dengan dua suami atau tiga atau empat lalu meninggal dunia dan masuk surga dan para suaminya pun masuk surga. Siapakah yang akan menjadi suaminya?"
Rasulullah SAW pun bersabda, "Wahai Ummu Salamah, wanita tersebut diberi pilihan dan ia memilih suami yang paling baik akhlaknya. Ia berkata, 'Wahai Tuhanku, orang ini paling baik akhlaknya terhadapku sewaktu di dunia maka nikahkanlah aku dengannya,' wahai Ummu Salamah! Akhlak yang baik telah membawa kebaikan dunia dan akhirat." (HR Al-Haitsami)
Hadits serupa turut diriwayatkan Ummu Habibah. Dikatakan, bertemu tidaknya suami dan istri yang telah bercerai di surga kelak tergantung dari akhlak mereka selama di dunia.
Pendapat lain terkait hal ini dijelaskan Imam Syamsuddin al-Qurthubi dalam kitab At-Tadzkirah yang diterjemahkan Anshori Umar Sitanggal yang menukil sebuah riwayat. Dikisahkan bahwa Mu'awiyah bin Abu Sufyan pernah meminang Ummu Ad-Darda'. Wanita tersebut menolak seraya mengatakan telah mendengar dari Abu ad-Darda bahwa Rasulullah SAW bersabda,
"Wanita dalam surga adalah untuk suaminya yang terakhir." (dishahihkan oleh Al-Albani)
Maka, ia berkata kepadaku, "Kalau kamu ingin menjadi istriku di surga, janganlah bersuami lagi sepeninggalanku."
Taat kepada suami menjadi sebuah kewajiban bagi seorang Muslimah yang telah menikah. Meski demikian, ketaatan istri kepada suami harus terlepas dari segala kemaksiatan. Dalam HR Ahmad, Nabi SAW pernah bersabda, "Jika seorang wanita menunaikan shalat lima waktu, berpuasa di bulan Ramadhan, menjaga kemaluannya dan menaati suaminya; niscaya akan dikatakan padanya:...
Islam mengatur hubungan keluarga, termasuk hubungan suami istri. Moms wajib tahu, aturan ini juga terdapat dalam hadis suami menyakiti istri.
Moms pasti setuju jika pernikahan adalah sesuatu yang sakral.
Itu sebabnya, hubungan suami istri juga diatur dalam Al-Qur'an dan hadis.
Dalam Islam, diatur bahwa kepala rumah tangga-lah yang berkewajiban untuk mencari nafkah, yakni suami.
Kendati demikian, bukan berarti suami bisa semena-mena dalam bertindak.
Sikap dan lisannya tetap harus dijaga supaya tidak menyakiti istri.
Perlakuan kasar suami terhadap istri tidak hanya secara fisik lho, Moms, tetapi juga bisa secara lisan.
Padahal, perempuan adalah perhiasan dunia yang harus dijaga harkat dan martabatnya.
Sebagai pengingat bersama, simak hadis suami menyakiti istri berikut ini!
Baca Juga: Alif Lam Qomariah: Pengertian, Contoh, dan Cara Membacanya
Macam-Macam Nafkah Istri setelah Perceraian dalam Islam
Terkait tunjangan atau nafkah istri setelah cerai, mengutip Hak Istri Setelah Cerai Menurut Islam, ada empat kategori pembagian nafkah kepada mantan istri setelah perceraian dalam Islam, yaitu:
Dikumpulkan di Surga Bersama Keluarga
Surga digambarkan sebagai tempat yang kekal dan sangat indah. Bagi orang-orang yang beriman dan senantiasa berbuat kebajikan, segala kebutuhannya akan terpenuhi di surga.
Dalam kitab Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan manusia akan dipertemukan dengan keluarganya di surga dengan pertalian keimanan. Ibnu Katsir menyampaikan riwayat Al-Aufi dari Ibnu Abbas yang menyebut hal ini saat menafsirkan firman Allah SWT dalam surah At-Tur ayat 21. Allah SWT berfirman,
وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَاتَّبَعَتْهُمْ ذُرِّيَّتُهُمْ بِاِيْمَانٍ اَلْحَقْنَا بِهِمْ ذُرِّيَّتَهُمْ وَمَآ اَلَتْنٰهُمْ مِّنْ عَمَلِهِمْ مِّنْ شَيْءٍۚ كُلُّ امْرِئٍ ۢبِمَا كَسَبَ رَهِيْنٌ
Artinya: "Orang-orang yang beriman dan anak cucunya mengikuti mereka dalam keimanan, Kami akan mengumpulkan anak cucunya itu dengan mereka (di dalam surga). Kami tidak mengurangi sedikit pun pahala amal (kebajikan) mereka. Setiap orang terikat dengan apa yang dikerjakannya."
Ayat ini berkaitan dengan hadits Rasulullah SAW berikut, "Barang siapa membuat kebaikan (memelopori) dalam Islam, maka ia akan memperoleh pahala kebaikan yang dia lakukan, dan pahala siapa saja yang melakukan kebaikan itu sesudahnya sampai tibanya hari kiamat tanpa adanya pengulangan pahala mereka sedikit pun." (HR Ahmad, Baihaqi)
Hadis tentang Larangan Suami Memukul Istri
Dalam sebuah hadis, Rasulullah SAW melarang kekerasan fisik terhadap istri dan mengatakan bahwa mereka yang melakukan kekerasan tidak termasuk yang terbaik di antara umatnya.
"Mu’awiyah bin Haidah pernah bertanya kepada Rasulullah, “Wahai Rasulullah, apa saja hak istri terhadap suaminya?”
Rasulullah pun menjawab, “Engkau beri makan istrimu jika engkau makan, dan engkau beri pakaian jika engkau berpakaian.
Janganlah engkau memukul wajahnya, jangan menjelekkannya, dan jangan mendiamkannya kecuali di dalam rumah.” (HR. Abu Dawud).
Baca Juga: 13 Tanda Suami Kangen Istri, Moms Pernah Mengalaminya?
Aturan Hukum Nafkah Istri setelah Bercerai
Ketentuan mengenai tunjangan atau nafkah istri dan anak dari mantan suami, dimuat dalam beberapa peraturan perundang-undangan, adapun yang dimaksud sebagai berikut.
Pertama, jika suami bekerja sebagai PNS, berdasarkan ketentuan Pasal 8 PP 45/1990, mantan suami wajib menyerahkan sebagian gaji untuk mantan istri dan anaknya. Adapun bunyi Pasal 8 ayat (1) dan (2) PP 45/1990 adalah sebagai berikut:
(1) Apabila perceraian terjadi atas kehendak Pegawai Negeri Sipil pria maka ia wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk penghidupan bekas isteri dan anak-anaknya.
(2) Pembagian gaji sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) ialah sepertiga untuk Pegawai Negeri Sipil pria yang bersangkutan, sepertiga untuk bekas isterinya dan sepertiga untuk anak atau anak-anaknya.
Dengan demikian, mantan suami wajib menyerahkan sebagian gajinya untuk menghidupi bekas istri dan anak-anaknya dengan besaran 1/3 untuk PNS pria (mantan suami) yang bersangkutan, 1/3 untuk bekas istrinya, 1/3 untuk anak-anaknya. Apabila melanggar ketentuan tersebut, mantan suami akan dikenakan sanksi disiplin berat.[2]
Kedua, secara spesifik, KHI mengatur bahwa jika perkawinan putus karena talak, maka bekas suami wajib:[3]
Untuk kasus perceraian cerai gugat atau perceraian yang diajukan oleh pihak istri, KHI tidak menyebutkan tunjangan atau nafkah istri secara eksplisit. Namun, yang jelas, KHI menyatakan hak istri setelah menceraikan suaminya adalah mendapat nafkah idah dari bekas suaminya, kecuali ia nusyuz.[4]
Kembali ke pertanyaan Anda, perlu ditekankan bahwa hakim sudah memutuskan jika mantan suami wajib memberikan nafkah atau tunjangan istri dan anaknya. Menjawab pertanyaan Anda tentang langkah yang dapat ditempuh, apabila mantan suami bekerja sebagai PNS, maka Anda dapat memberikan putusan pengadilan tersebut kepada atasan mantan suami, disertai dengan permohonan agar gaji dari mantan suami dapat langsung dipotong dari kantor dan diberikan kepada istri dan anak-anak.
Namun, apabila mantan suami Anda bukan PNS, maka Anda dapat meminta ke pengadilan untuk memanggil dan memperingatkan mantan suami Anda untuk menjalankan putusan pengadilan yaitu memenuhi nafkah anak dan mantan istri berdasarkan Pasal 196 dan 197 HIR.
Jika putusan pengadilan tersebut sudah berkekuatan hukum tetap, maka Anda kemudian dapat mengajukan permohonan eksekusi ke Pengadilan Agama terkait.[5] Putusan pengadilan agama yang menghukum tergugat (mantan suami) berupa pembayaran sejumlah uang (nafkah), maka melalui eksekusi, mantan suami Anda dipaksa melunasi sejumlah uang itu dengan jalan menjual lelang harta kekayaannya.[6]
Baca juga: Jika Mantan Suami Tidak Nafkahi Anak Sesuai Putusan Hakim
Demikian jawaban kami terkait nafkah istri dan langkah yang bisa ditempuh jika mantan suami tidak memenuhinya, semoga bermanfaat.
Joni dan Rifqi Qowiyul Iman. Eksekusi Putusan Kewajiban Ayah atas Nafkah Anak Pasca Perceraian, Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung, 2021.
[1] Pasal 156 huruf d Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1991 tentang Penyebarluasan Kompilasi Hukum Islam (“KHI”)
[2] Pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1983 tentang Izin Perkawinan dan Perceraian Bagi Pegawai Negeri Sipil
[5] Joni dan Rifqi Qowiyul Iman. Eksekusi Putusan Kewajiban Ayah atas Nafkah Anak Pasca Perceraian, Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung, 2021, hal. 13
[6] Joni dan Rifqi Qowiyul Iman. Eksekusi Putusan Kewajiban Ayah atas Nafkah Anak Pasca Perceraian, Dirjen Badan Peradilan Agama, Mahkamah Agung, 2021, hal. 18
Surga adalah tempat akhir bagi orang-orang pilihan Allah SWT. Dalam Al-Qur'an dijelaskan bahwa kelak manusia akan dikumpulkan kembali bersama keluarganya di surga. Namun, apakah suami istri yang bercerai akan bertemu di surga?
Surga sebagai balasan ketaatan semasa di dunia dijelaskan dalam Al-Qur'an surah Al-Bayyinah ayat 8. Allah SWT berfirman,
جَزَاۤؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنّٰتُ عَدْنٍ تَجْرِيْ مِنْ تَحْتِهَا الْاَنْهٰرُ خٰلِدِيْنَ فِيْهَآ اَبَدًا ۗرَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ ۗ ذٰلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهٗ
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Artinya: "Balasan mereka di sisi Tuhannya adalah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai. Mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya."
Hadis tentang Menyenangkan Hati Istri
Mengutip dari Dalam Islam, pada sebuah hadis juga dijelaskan bahwa siapa pun yang bisa menyenangkan hati istri, ia diibaratkan menangis karena takut pada Allah.
Jika demikian, tentunya Allah pun akan mengharamkannya untuk masuk dan terkena api neraka.
“Barang siapa menggembirakan hati istrinya, maka seakan-akan ia menangis takut kepada Allah.
Barang siapa menangis karena takut kepada Allah, maka Allah mengharamkan tubuhnya masuk neraka.
Sesungguhnya ketika suami istri saling memperhatikan, maka Allah akan memperhatikan mereka berdua dengan penuh rahmat.
Saat suami memegang telapak tangan istri, maka bergugurlah dosa-dosa suami istri itu lewat sela-sela jari mereka.” (Maisarah bin Ali).
Baca Juga: Doa Malam Pertama yang Dapat Diamalkan Pasangan Suami Istri
Dalam Islam, suami dianggap sebagai pemimpin rumah tangga yang bertanggung jawab atas kesejahteraan...
KDRT tidak hanya berbentuk fisik, dan tidak hanya terjadi di antara relasi suami istri. Kenali
Kumpulan Hadis Suami Menyakiti Istri
Foto: hadist suami menyakiti istri (Unsplash.com/enginakyurt)
Ketika akad nikah terucap, berpindahlah tanggung jawab seorang ayah terhadap anak perempuannya ke suaminya.
Suami tidak hanya berkewajiban memberi nafkah, tetapi juga berbuat baik terhadap istrinya.
Hal ini sebagaimana ayahnya dahulu menyayangi si anak perempuan.